PERNIKUMUM

Rembug Kutha Sala Bagian Dari Pendidikan Politik Warga

LINTAS1, SOLO Komunitas #mudavisioner merupakan bagian dari entitas masyarakat di kota Solo yang terdiri dari beragam latar belakang. Namun tujuan utama dari komunitas ini adalah menjadikan kota Solo menjadi lebih baik terutama dalam sektor budaya, pembangunan dan lingkungan. Sehingga menjadikan kota Solo menjadi kota yang aman dan nyaman.

Salah satu yang digagas saat ini adalah “REMBUG KUTHA SALA” dengan mengajak peran langsung masyarakat, terutama generasi muda dalam kegiatan ini.

Gelaran pertama mengangkat tema “2024 SIAPA PENGGANTI WALI KOTA KARBITAN?”

Pemilihan tema ini memiliki korelasi dalam memberikan pendidikan politik bagi warga. Pilkada merupakan “gawene” masyarakat Solo untuk memilih pemimpinnya. Tetapi jangan lupa untuk menuju ke Pilkada tentu tidak bisa meninggalkan Pemilihan Legislatif, terutama DPRD Kota.

Peserta Rembug Kutha didominasi orang muda, mulai dari mahasiswa, pegiat sosial kemasyarakatan hingga pengusaha muda. Jumlah peserta yang mendaftar sejumlah 75 orang. Kegiatan ini sendiri dilaksanakan di Tea Room Resto Omah Sinten.

Ada beberapa gagasan yang dilempar dalam kegiatan ini, diantaranya kriteria calon Wali Kota Solo mendatang. Muda Visioner sendiri menggagas beberapa kriteria

yaitu :1. berusia muda; 2. punya gagasan visioner; 3. punya jiwa kepemimpinan dan manajemen yang baik (leadership and skill management); 4. memiliki networking nasional; 5. mampu menjaga kesinambungan dan keberlanjutan pembangunan yang sudah berjalan selama ini (sustainable development program); 6. berkarakter tegas, berani dan transparan; 7. menjunjung kebersamaan dan kesetaraan.

Selain memiliki kriteria di atas, calon Wali Kota Solo mendatang haruslah berpijak dalam penyangga (soko guru) 4 Pilar Kebangsaan yaitu Pancasila; UUD 1945; NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Pijakan ini adalah tiang penyangga agar masyarakat Solo merasa nyaman, aman, tentram dan sejahtera. Sehingga 4 Pilar Kebangsaan ini menjadi sesuatu yang wajib hukumnya.

Kenapa dalam kriteria memunculkan usia muda. Tentu pemikiran ini muncul guna memberikan kesempatan kepada generasi usia 30-45 tahun untuk mulai tampil memimpin kotanya. Bukan berarti mengecilkan kemampuan mereka yang lebih “senior.”

Tidak menutup kemungkinan kolaborasi seperti yang muncul saat ini. Punya gagasan visioner tentu saja menjadi sebuah keharusan dalam mengelola kota. Jangan sampai program-program yang muncul terkesan “copy paste” atau hanya sekedar muncul program kegiatan setiap tahunnya. Pemikiran visioner terutama dalam mengelola SDM agar dapat muncul Kepala Dinas yang juga memiliki pandangan dalam mengelola kota kedepannya lebih baik.

Guna menjaga kesinambungan pembangunan yang sudah berjalan selama ini diperlukan kemampuan dalam membanguna jaringan (networking) yang luas. Paling tidak memiliki jejaring ditingkat nasional, syukur bisa memiliki jejaring secara global atau mendunia.

Memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan FORKOMPIMDA dalam mengelola kota. Sehingga diperlukan jiwa kepemimpinan dan management skill yang mumpuni. Sehingga mampu mengelola kota Solo yang memiliki sebtan “sumbu pendek” dengan baik selain itu juga mengelola SDM yang dimiliki oleh Pemerintah Kota maupun stakeholder kota ini sendiri.

Terpenting adalah mampu menjaga kesinambungan dan keberlanjutan pembangunan yang sudah berjalan selama ini (sustainable development program).

Jangan sampai apa yang sduah dicapai selama ini tidak mampu dirawat maupu diteruskan. Serta dalam Menyusun program kerja tentu saja juga memikirkan apa yang sudah dan akan dibuat dengan memperhatikan SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity dan Threat).

Sabagai calon Wali Kota Solo tentua harus memiliki karakter yang tegas namun terukur. Serta berani dalam mengambil kebijakan dengan memperhatikan berbagai faktor serta sudat pandang yang luas. Namun tetap harus terbuka dan mengutamakan transparansi dalam pengelolaan kota ini dengan baik.

Kota Solo memiliki karakter dengan berbagai komplekstias permasalahan dikarenakan warga kota yang heterogeny. Sehingga kebersamaan dan kesetaraan menjadi kunci dalam mengelola warga kota untuk ikut berpartisipasi membangunan kotanya sendiri. Selain itu haruslah berpijak dalam melaksanakan 4 Pilar Kebangsaan.

Adapun konsep Rembug Kutha sendiri berbeda dengan diskusi lainnya. Disini pembicara justru peserta rembug adapaun dimunculkan pemantik pembicaraan sekaligus mengarahkan rembug Bersama itu agar mencapai tujuan dari kegiatan ini.

Kalaupun muncul perbedaan diantara peserta merupakan sesuatu hal yang wajar serta jamak. (*/ian) 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *